Beberapa waktu yang lalu saya sempat berselisih paham dengan istri, seperti layaknya hubungan suami-istri pasti ada lah silang pendapat, beda argumen dan lain sebagainya yang semua itu wajar terjadi dan hal yang lumrah terjadi. Karena seperti kami ini 25 tahun hidup dalam tradisi, pola dan latar belakang kehidupan masing-masing kemudian disatukan lewat pernikahan. Ilmu apapun di dunia ini pasti setuju dan mengamini akan adanya benturan-benturan yang akan dan pasti muncul.
Tapi kesalah-pahaman ini lain dari biasanya. kenapa? karena biasanya sesering apapun kita ribut, 1-2 hari urusan beres dan kita kembali seperti biasa. Tapi yang sekarang ini udah 3-4 hari tidak ada gejala perbaikan malah kayaknya sama-sama mempertahankan ego, masing-masing tidak ada yang mau mengalah.
Sempat terbersit kekhawatiran, karena agama mengatakan "tidak boleh tidak bertegur-sapa lebih dari 3 hari" tapi satu sisi lain mengatakan " bahwa sebagai suami dan kepala rumah tangga harus mempunyai ketegasan dan nilai seorang laki-laki itu dilihat dari harga-diri nya".
Kemudian saya berfikir, dulu cuman 1-2 hari, sekarang 3-4 hari bisa jadi kedepannya lebih lama lagi, waaah bisa gawat kalo terus-terusan begini. saya coba mengingat ke belakang ternyata selama ini cara kita menyelesaikan suatu masalah hanya cukup dengan rasa maklum atas perbedaan latar belakang yang ada tanpa benar-benar mencari apa yang menjadi inti permasalahan tersebut.
Kalo seperti ini maka akan menjadi "lingkaran setan" artinya berputar-putar pada permasalahan yang sama hanya waktu penyelesaian masalahnya saja yang jadi berbeda, seperti yang saya bilang sebelumnya yang tadinya 1-2 hari menjadi 3-4 hari terus 1-2 minggu dan seterusnya.
Akhirnya kita berdua sepakat untuk duduk bersama untuk mencari solusi dari permasalahan yang kita hadapi. Alhamdulillaah setelah kita sama-sama bicara akhirnya kita bisa jadi lebih paham tentang karakter masing-masing. Memang benar kata orang, komunikasi adalah jalan yang efektif untuk mencari solusi permasalahan. Dan dari komunikasi tersebut kita tahu bahwa selama ini masing-masing dari kita lebih berprinsip pada siapa yang benar. Kalo dua orang berselisih pendapat dan disuruh berbicara siapa yang benar maka pasti dengan segala upaya dan argumen yang ada baik itu masuk akal atau tidak, masing-masing akan mengatakan bahwa dirinya lah yang paling benar.
Untuk menjembatani hal tersebut, maka pernyataan "siapa yang benar" harus diganti dengan "apa yang benar". siapa yang benar itu cenderung subjektif sedangkan "apa yang benar" lebih kepada objektivitas.
Jadi "Apa yang benar"yang harus dilakukan suami terhadap istri dan "apa yang benar" yang harus dilakukan istri terhadap suami, kita jadikan sebagai introspeksi awal terhadap segala permasalahan yang dihadapi. Mudah-mudahan Alloh SWT selalu membimbing kami ke jalan yang benar, Aamiin. Karena apa-apa yang benar pasti datangnya dari Alloh dan segala kekurangan tentu datangnya dari kelalaian kita, bukan begitu..???